Generasi Melek Literasi
Generasi Y katanya, para Ibu yang terlahir di tahun 1980 hingga awal
2000. Mereka yang mengalami masa generasi 90an, mengenal trio kwek kwek,
mengenal Nikita Meidy, dan menjadi sejarah hidup perjalanan Nobita dan kawan
kawan yang tak kunjung menua. Generasi Y katanya, para Ibu yang dulunya besar
bersama telenovela tapi kini terhanyut pada romansa dan wajah wajah indah drama
korea. Generasi Y katanya, yang kini memikul tanggung jawab yang cukup besar di
sosial media, menyelematkan generasi Z dan setelahnya dari darurat literasi
yang terjadi pada zamannya.
Tidak terhitung berapa jumlahnya hoax
yang tersebar semenjak facebook menjadi raja dunia maya, dan semenjak om google
menawarkan dolar dolar menggiurkan dari bisnis bernama Internet Marketing. Itu semua terjadi di zaman saya, seorang Ibu
yang lahir sebagai generasi Y, yang dulu menjadikan hari minggu sebagai hari nonton anak sedunia. Kondisi ini
diperparah, dengan meleknya para generasi senior terhadap media sosial. Fitur copy, paste, share, and forward menjadi
andalan untuk menyebar sesuatu yang dianggap sebagai”kebaikan”. Ah …siapa sih
yang tidak suka berbagi? bukankah berbagi itu indah –tanpa peduli apakah yang dibagikan benar benar kebaikan atau fitnah
berselimut kebaikan?
“Mie instant mengandung lilin”. Ini contoh hoax yang sudaah sangat lama.Klarifikasinya pun juga sudah sangat
lama muncul. BPOM sudah pernah mengeluarkan klarifikasinya. Sebagai fans
Ind*mie goreng pakai telor di mangkok
ayam jago garis keras, dan sebagai seseorang yang pernah belajar di jurusan
Ilmu dan Teknologi Pangan, tentu saja saya tidak pernah termakan isu ini. Saya
tetap mengonsumsi mie instant, meskipun –tolong
dicatat baik baik-, AKG(Angka Kecukupan Gizi) Natrium dalam mie instant ini
cukup besar, berkisar antara 35% sampe 60% per bungkusnya sehingga, anjuran
memakannya paling tidak sehari hanya boleh satu bungkus, tidak boleh lebih –tolong yang anak kosan dicatat baik-baik yaa-.
Dan karena mie instant ini adalah sumber karbohidrat, maka memakannya bersama
telur ayam, dicampur sawi dan potongan tahu akan menjadi menu 4 bintang yang nyummy. Lah, lalu bagaimana dengan mie
ramen yang kalau lihat di bungkusnya, AKG natriumnya bisa sampai di atas 100%? Simpel cyiin, makan berdua suami saja,
lebih hemat dan romantis. Hehe. Nah.. saya baik kan berbagi tips tentang
mengkonsumsi mie instant.
Kembali ke topik. Istimewanya fitnah itu, meski klarifikasinya sudah
ada, kabarnya akan tetap tersebar hingga berabad abad kemudian. Itulah mengapa
dikatakan fitnah itu…..jahat!. Isu
Mie Instant mengandung lilin yang saya sebutkan itu, diabadikan oleh salah
seorang pakar parenting di dalam bukunya, dan buku ini pernah jadi best seller. Membuat saya sebagai
generasi Y menjadi berpikir, apakah segitu daruratnya literasi di era ini,
sehingga seorang penulis pun tidak luput penjadi korban hoax?
Maka bu, generasi Y menjadi jawaban atas masalah literasi yang menimpa
negeri ini. Karena pada zaman ini, para Ibu perlahan, sedikit demi sedikit
mulai terbuka matanya akan pentingnya membaca untuk anak. Kita yang dulu pernah
besar bersama Bobo dan Donald Bebek, kini mulai terkagum kagum karena ternyata
buku bacaan anak sekarang sudah bertambah banyak, bagus, dan kreatif. Tidak
hanya buku anak, bahkan bayi, makhluk yang ngoceh saja belum bisa, pun sudah
disediakan asupan bacaan sesuai usianya. Satu persatu para penulis buku
melengkapi koleksi buku buku anak dengan konten-konten yang bermanfaat. Tidak
hanya buku anak-anak, nama nama penulis yang menemani masa-masa kecil generasi
Y pun semakin berkembang dan enghasilkan buku buku menarik lainnya untuk
menjaga keistiqomahan kami dalam
mencintai pustaka. Sebutlah nama nama seperti mba Asma Nadia, mas Andrea
Hirata, sampai si penulis bocah berkacamata dengan tanda luka di dahinya yang
melegenda itu sampai kini masih memenuhi rak-rak buku di toko buku besar dengan
karya karya barunya. Dan ajaibnya, para
creator dari generasi Y dan generasi setelahnya pun me-media sosialkan
karyanya dengan lebih luas lagi, seperti di
Wattpad misalnya, sehingga membaca sekarang bisa dilakukan di mana saja,
kapan saja, dengan media apa saja. Meskipun, bagi generasi Y, tulisan berbalut
kumpulan kertas yang dibukukan tetaplah media ternyaman untuk membaca.
Penulis bertumbuh, pembaca bertumbuh, kolaborasi keduanya akan menjadi
titik terang bagi kita untuk menyelamatkan negeri ini dari darurat literasi.
Karena suka berbagi saja tidak cukup untuk menyebarkan kebaikan. Tahu dan paham
apa yang kita bagi dan kita sebar, adalah kunci menyebarkan informasi yang baik
dan benar. Jika generasi senior masih sulit melakukannya,dan jika generasi yang
lebih junior masih terlalu muda untuk memahaminya, maka tugas generasi Y lah
untuk menularkannya, dan yang lebih terpenting mencetak generasi baru yang
mencintai dunia baca.Ah.. soal mencetak generasi… tugas siapa lagi kalau bukan para Emak.
Semangat mak!…. :D -rth
Penulis : Ratih Kumala
Rumbel Menulis Institut Ibu Profesional Jakarta
Penulis : Ratih Kumala
Rumbel Menulis Institut Ibu Profesional Jakarta
Koreksi dikit...Chikita (atau juga dieja dengan Chiquita) Meidy, Mbaaa :).
ReplyDeleteBetul banget, Mba, kadang menemukan salah kaprah yang terabadikan dalam tulisan pada buku. Kalau dipikir-pikir, ya mungkin nggak semua orang bisa menguasai setiap bidang, sih, termasuk barangkali tidak ada cukup waktu untuk mengecek. Tapi mungkin sekaligus jadi pengingat ya, menulis itu nggak bisa sendirian juga, perlu tim editor, proofreader dst, jadi bisa saling kroscek.
BTW, di akhir zaman itu lan hoax memang dipercaya.
ReplyDeleteOh, ya, kayaknya lahir tahun '80-an sampai awal '90-an deh mbak, bukan 2000. Apa udah ada yg lahir tahun 2000 dan sampe karang udah jadi ibu? 😵
Grateful for sharring this
ReplyDelete