Wisuda Matrikulasi Batch 5: Ibu Profesional Mission I’m Possible
Wisuda menjadi momen paling ditunggu setelah menjalani 9
minggu matrikulasi di Institut Ibu Profesional Jakarta. Setelah menaklukkan NHW
demi NHW, akhirnya peserta matrikulasi batch 5 IIP Jakarta sah diwisuda pada 22
Juli 2018 lalu. Momen wisuda ini semakin berkesan dengan wejangan dari
narasumber spesial Ust. Harry.
Nuansa merah muda menghiasi auditorium Museum Nasional,
Jakarta, pagi itu. Hawa-hawa cinta nan bahagia begitu terasa dalam wisuda
matrikulasi batch 5 Institut Ibu Profesional Jakarta. Ada yang datang sendiri,
ada pula yang lengkap dengan keluarga.
Menuju ruang utama, terdapat berbagai stand bazar dan rumah
belajar (rumbel) IP Jakarta. Sambil menunggu acara dimulai, stand-stand di sini
cukup ramai dikunjungi. Ada yang menjual baju, kosmetik, buku, makanan, hingga
pijat untuk ibu hamil dan menyusui.
Sebelah kiri pintu masuk menjadi spot favorit untuk
mengabadikan momen. Di sana tersedia photobooth dengan pernak-pernik cantiknya.
Seperti wisuda sekolah sebenarnya, tak lupa ada toga sebagai properti foto.
Wisuda kali ini menjadi kali kelima IP Jakarta
selenggarakan. Ketua komunitas Ibu Profesional Jakarta, Annisa Miranti Gumay,
berpesan:
Setiap manusia yang terlahir di dunia, sesungguhnya, memiliki amanah dari Alloh yang harus diselesaikan. Dan saat Alloh menitipkan amanah pasti diiringi dengan segala fasilitas untuk mempermudah penyelesaian tugas tersebut. Inilah penyebab mereka, yang sudah menemukan "jalan hidup", terlihat lebih bahagia dan seolah dimudahkan dalam menjalani hari-harinya di dunia.
Matrikulasi Institut Ibu Profesional merupakan salah satu langkah ikhtiar para Ibu yang ingin menemukan kembali diri dan jalan hidupnya. Selama kurang lebih 3 bulan peserta matrikulasi dibersamai oleh para fasilitator, guardian, dan observer untuk menggali kembali makna diri masing-masing.
Alhamdulillah, hari ini teman-teman MIIP Jakarta Batch 5, telah resmi menjadi menyandang gelar wisudawati Institut Ibu Profesional jenjang Matrikulasi. Namun yang terpenting bukan gelarnya, melainkan sejauh mana ilmu tersebut dapat diamalkan untuk kemanfaatan. Karena gelar terakhir setiap manusia adalah almarhum, dan wisudawati terbaik adalah mereka yang cum laude pada gelar terakhirnya.
"Never Stop Learning, Because Life Never Stop Teaching !"
Selamat menyambut amanah peran titipan Alloh dengan bahagia. Mari senyum bersama, dan katakan : "Mission, I'm Possible!!".
.
Jakarta, 22 Juli 2018,
Salam Ibu Profesional
-Annisa M. Gumay-
Acara berlangsung lancar dan meriah dengan berbagai hadiah. Sepertinya para wisudawati dan keluarga enggan meninggalkan auditorium, apalagi ketika sesi Ustadz Harry, pakar Fitrah Based Education (FBE).
Secara garis besar, Ust. Harry menuturkan:
- Pentingnya peran ayah (fitrah maskulin) dan ibu (fitrah feminim) dalam pengasuhan anak. Peran ibu haruslah kembali ke fitrah perempuan, jangan sampai lebih galak dari ayah.
- Dalam keluarga perlu ada kesinambungan. Ibu profesional berarti ikut dan mendukung misi suami.
- Setiap keluarga memiliki misi berbeda maka buatlah kurikulum pendidikan sesuai misi tersebut. Tak perlu membanding-bandingkan kemampuan anak dengan anak lain.
- Jangan melabel anak dengan panggilan yang buruk, seperti: nakal, cengeng, keras kepala, dst. Semua anak punya potensi masa depan maka hargailah anak kita. Anak yang dicap cengeng berarti memiliki hati yang lembut dan berempati. Anak keras kepala berpotensi menjadi pemimpin.
- Hal paling penting saat mendidik anak bukanlah bertanya BAGAIMANA tetapi MENGAPA.
- Ekspresikan rasa cinta pada anggota keluarga sesuai bahasa cinta.
Sebagai penutup, inilah aliran rasa Qitbiyah, selaku ketua
pelaksana:
Banyak pelajaran bagi saya pribadi pun panitia. Belajar akan pentingnya kepercayaan, hal-hal kecil, pengorbanan, dan juga keikhlasan. Manusia hanya berencana dan tentu kesempurnaan hanya milik Allah. Maka patutlah kita selalu meminta agar warna kesempurnaan itu terpecik jua.
Ini kali pertama melalukan hal yang tidak biasa. Bekerja untuk suatu acara yang cukup besar, dengan status seorang istri dan ibu. Betapa kerepotan yang menyenangkan, dan kelelahan yang membuat tidur lelap. Tidak hanya itu keunikan dalam berkomunikasi dengan wajah yg tak dikenali pun membuat kenangan tersendiri. Kita berbicara pada wajah-wajah yang belum ditemui, berbekal aplikasi nuansa hijau kita patahkan sendi-sendi ruang bertemu muka. Meski tak bisa elak ada lubang-lubang kekurangan, semoga saja menjadi masuknya cahaya.
Pesan saya, utamakan keluarga, bertemankan tentram jiwa. Utamakan Allah, niscaya dunia tak berdaya. Karena menjadi pemimpin bukanlah tentang kesempurnaan, ia adalah cacat pun kekurangan yang senantiasa berpasangan dengan usaha yang tak ada batasnya.
A mom-blogger who loves to travel.
Comments
Post a Comment