Aku Ingin Melihat Dudi Lagi by Isya
Uky suka sekali mengayuh perahu kecilnya
ke padang lamun. Di sana ada Dudi, si dugong kecil, sahabatnya. Padang lamun
adalah tempat Dudi dan induknya mencari makan.
Lamun mirip seperti rumput yang mengakar
ke dasar laut dangkal. Akarnya mencengkeram kuat dasar laut sehingga dapat
melindungi pantai dari gerusan ombak dan gelombang. Sebab itulah, Dudi,
induknya, dan hewan laut lainnya suka ke padang lamun untuk mencari makan.
Uky pertama kali mengenal Dudi saat pergi
ke Teluk Banten untuk bermain. Ada suara hewan yang tidak pernah ia dengar
ketika mengayuh perahunya. Ternyata dari kejauhan datanglah sepasang dugong.
Uky yang penasaran segera memakai kacamata renang dan menceburkan diri ke air.
Ia mengamati dengan takjub. Semenjak itu, Uky sering ke padang lamun di teluk
untuk melihat Dudi dan induknya.
Dudi kecil sangat lucu. Ia selalu berenang
dengan induknya. Kadang Uky ikut menyelam, tetapi
tidak terlalu dekat. Takut mengganggu Dudi dan sang induk.
Sore itu, Dudi dan sang induk sedang asyik
makan lamun. Namun, tiba-tiba Dudi berhenti makan dan mengelepar-gelepar. Sang induk
menatap Dudi dengan cemas.
“Dudi, kamu kenapa?” ujar Uky cemas.
Uky segera melompat ke dalam laut. Dengan
hati-hati ia mendekati Dudi. Sambil berharap sang induk tidak mengamuk
menyerangnya.
Untung saja sang induk membiarkan Uky
mendekati Dudi. Ternyata ada kantung plastik yang tersangkut di mulut Dudi.
Plastik itu tersangkut di antara kerongkongan dan rongga mulut, sebagian
plastik terurai keluar mulut karena tersangkut di gigi. Uky pun segera menarik
kantung plastik itu. Sedikit demi sedikit. Perlahan-lahan.
Akhirnya, plastik itu bisa terlepas. Dudi
langsung berenang cepat mendekati sang induk. Sang induk segera menggesekkan
kepalanya seraya memeriksa kondisi anaknya. Uky menatap mereka berdua dengan
senyum lebar. Setelah itu, ia kembali ke atas perahu kecilnya.
Tak disangka sang induk dan Dudi berenang
ke permukaan mendekati perahu Uky. Dudi mendekat. Uky yang heran menyelupkan
tangannya ke laut. Ternyata Dudi memperbolehkan tangan Uky menyentuhnya,
sebagai rasa terima kasih. Uky senang sekali.
Dudi dan sang induk berenang menjauh, Uky
menatap sambil tersenyum. Setelah keduanya hilang dari pandangan, Uky
mengalihkan matanya ke padang lamun. Ditatapnya lamat-lamat. Ternyata di sana
sini banyak sampah plastik di dasar laut. Ada botol air mineral, kantung
plastik, dan bungkus makanan kecil.
***
“Assalamu’alaikum!” sapa Uky dengan suara
lantang.
“Wa’alaikumsalam,” jawab Ibu dan Bapak
bersamaan.
“Eh, Bapak sudah pulang! Bagaimana hasil
melautnya, Pak?” tanya Uky dengan mata melebar.
“Alhamdulillah, Nak. Insyaallah, cukup
untuk makan sekeluarga,” ucap Bapak sambil mengelus kepala Uky.
“Bagaimana kabar, Dudi, Nak?” tanya Bapak
semringah.
“Dudi tambah gemuk, Pak. Tapi, kemarin
Dudi sempat tersedak plastik di padang lamun,”
“Lalu, apa Dudi baik-baik saja?” tanya Ibu
sambil mengelus kepala Uky.
Uky mengangguk, “Plastiknya sudah Uky
keluarkan, Bu.”
“Bapak yakin Dudi tidak apa-apa setelah
Uky berhasil menolongnya. Tak usah bersedih, ya!” lanjut Bapak, “Ternyata sudah
sampai di sana sampah-sampah itu, ya.”
“Memangnya sampah plastik itu dari mana,
Pak?” tanya Uky penasaran.
“Sampah-sampah itu asalnya dari pantai dan
terbawa arus laut sampai ke padang lamun,” jelas Bapak.
“Semoga tidak ada lagi kejadian seperti
itu, ya, Uky!” seru Ibu.
“Iya, Bu. Uky harap juga begitu, kasihan
hewan-hewan di laut itu,” jawab Uky dengan penuh harap.
***
Uky masih memikirkan kejadian kemarin
siang di padang lamun. Uky menatap langit dengan kening berkerut, memikirkan
perkataan Bapak tentang sampah dari pantai yang terbawa arus laut.
“Hoi!”
Uky terlompat di kursinya. Beberapa teman
sekelasnya tertawa keras melihat reaksi Uky.
“Ahahaha ... bengong saja kau, Ky! Lapar?”
ujar Rahman teman sekelas Uky.
“Ah, kau, Man. Sampai kaget aku!” ucap Uky
sambil memegang dadanya yang berdetak kencang.
“Tapi, jadi nggak bengong lagi, kan?” balas
Rahman.
“Ada apa, sih, Ky? Serius gitu,” tanya
Sarmi.
“Di padang lamun banyak sampah bertebaran.
Kemarin Dudi sempat tersedak plastik keresek,”
“Dudi dugong itu? Wah, harusnya dia makan
lebih berhati-hati,” ucap Sarmi.
“Karena plastik bening itu menempel di
lamun, mungkin Dudi tidak mengerti benda apa itu,”
“Wah, kasihan Dudi. Lalu, kenapa kamu
bengong, Ky?” tanya Rahman.
“Aku sedang berpikir bagaimana
membersihkan padang lamun dari sampah plastik. Kalian mau ikut?”
“Wah, pikiranmu terlalu berat. Nanti juga
bersih sendiri, kan terbawa ombak,” ujar Sarmi.
“Justru akan semakin jauh ke laut lepas kalau
terbawa ombak. Dan akan semakin banyak hewan laut yang terkena nantinya,” ujar
Uky.
“Sudah, Uky. Kita masih kecil, tidak akan
bisa membersihkan sampah itu di padang lamun yang luas,” ucap Rahman tak
peduli.
“Tapi, kan, setidaknya usaha,” ucap Uky.
“Sudahlah, Uky. Lupakan!” ujar Sarmi
sambil berlalu pergi bersama Rahman.
Uky menatap kedua temannya dengan sedih.
***
Uky berjalan menenteng karung di pantai
menuju perahu kecilnya. Tampangnya kusut. Bapak yang sedang menyulam jaring
melihat Uky dengan kening berkerut, didekatinya putra tunggalnya itu.
“Uky, untuk apa karung-karung ini?” tanya
Bapak penasaran.
“Mengumpulkan sampah plastik di padang
lamun, Pak,” jawab Uky.
“Mana Sarmi? Biasanya ia ikut kalau ke
padang lamun,”
Uky menjawab dengan mengangkat kedua
bahunya. Bapak paham betul, suasana hati Uky sedang tidak enak.
“Uky, mau menunggu Bapak sebentar?” tanya
Bapak sambil tersenyum.
“Menunggu untuk apa, Pak?” Uky penasaran.
“Bapak mau bermain dengan Dudi di padang
lamun,” seru Bapak dengan wajah lucu.
Uky seketika tersenyum lebar dan
mengangguk mantap. Baginya sang Bapak adalah sahabat terbaik.
Berangkatlah Uky dan Bapak ke padang
lamun. Bapak dan Uky bahu-membahu mengambil sampah plastik di sekitar padang
lamun. Kadang Uky akan menyelam dan mengambil sampah di dasar lamun, bergantian
dengan Bapak. Uky juga tak lupa memperkenalkan Bapak dengan padang lamun
kesukaannya, tentang spot kesukaan Dudi dan induknya makan, dan spot berenang
kesukaan Uky.
***
“Pak Hasan! Pak Hasan!” teriakan Pak RT
terdengar dari depan rumah.
Bapak segera berlari meninggalkan dapur,
“Iya, Pak. Ada apa?”
“Ada hewan besar terkapar di pantai. Besar
sekali!” lanjut Pak RT, “Mari ke pantai, Pak!”
Bapak dan Pak RT segera menuju pantai, Uky
pun mengekor di belakang Bapak.
Sesampainya di pantai, Pak Hasan kaget bukan
kepalang. Hewan yang terkapar merupakan ikan paus berwarna hitam. Tubuhnya
sudah dikerumuni lalat dan berbau tak sedap. Di sekeliling mulutnya terdapat
bekas muntahan bercampur plastik. Tak terasa air mata Pak Hasan dan beberapa
warga kampung mengalir. Bagi para nelayan yang melaut di laut luas, ikan paus
adalah salah satu teman mereka. Mereka melindungi para nelayan dari hiu yang
berkeliaran.
“Ayo, mari kita segera kuburkan bangkai paus
ini,” ujar Bapak kepada warga kampung.
Tubuh ikan paus itu dikuburkan di dekat
kebun kelapa, di lapangan yang cukup luas. Setelah dikuburkan, banyak warga
yang masih terdiam menatap gundukan tanah. Tak sedikit di antara mereka yang
menundukkan kepala, sedih.
***
Malam hari ini warga dikumpulkan di
lapangan, di dekat makam paus. Warga mulai mendiskusikan kejadian terdamparnya sang
paus kemarin pagi. Tak sedikit yang mulai mencetuskan beberapa ide terkait
berbagai sampah di kampung mereka. Uky ada di sana, duduk di samping Bapak
sambil mendengarkan. Mata dan hati semua warga sudah semakin terbuka.
***
Keesokan paginya, warga sudah mulai bergerak
bersama-sama, tak lupa membawa sapu lidi, pengki, karung, dan jaring. Mereka
mengajak anak dan istrinya ke pantai, membersihkan sampah yang menumpuk. Warga
pun mulai belajar mengolah sampah dan bersama mengelola sampah yang ada.
***
Di sore yang indah di padang lamun, Uky
bertemu dengan Dudi lagi. Kali ini Sarmi dan Rahman juga ikut, setelah siang
tadi menyelam mengumpulkan sampah bersama. Sore ini, mereka bisa tertawa
bermain dan berenang bersama Dudi di padang lamun yang bening tanpa sampah.
Profil
Penulis:
Kak Isya (Isyana Kuncoro Dewi) merupakan
sarjana Biologi yang cinta binatang. Ia suka membaca buku dan menonton
ensiklopedi alam. Saat ini, beliau mulai belajar menulis dengan mengikuti
berbagai kelas daring. Adik-adik bisa berkomunikasi dengannya melalui:
WA : 085882920182
surel : isyanakd@gmail.com
FB : Isyana
Kuncoro Dewi
Syukurlah berakhir dengan padang lamun yang bebas dari sampah
ReplyDelete