Resensi Buku: Burlian (Serial Anak-Anak Mamak Buku-2)

Burlian dijuluki "Si Anak Spesial" oleh orang tua dan orang-orang di sekitarnya. Apa yang membuatnya dipanggil demikian? Simak resensi buku karya Tere Liye berjudul Burlian berikut ini.



Judul Buku: Burlian (Serial Anak-anak Mamak Buku-2) 

Penulis : Tere Liye 

Tahun terbit: Oktober 2011 

Jumlah Halaman : 342 Halaman 

Text Bahasa : Indonesia 

Buku ini menceritakan tentang kisah perjalanan hidup seorang anak yang spesial dan nakal bernama Burlian. Ia berasal dari keluarga kurang mampu yang bertempat tinggal di sebuah desa terpencil di Sumatra. 

Burlian “si Anak Spesial”, anak ketiga dari empat bersaudara. Dua kakaknya bernama Eliana dan Pukat. Adiknya bernama Amelia. Julukan “si Anak Spesial “ diberikan kepada Burlian oleh Mamak dan Bapak. Bahkan tetangga, kenalan-kenalan Bapak dan Mamak juga ikut memanggilnya seperti itu. Itu adalah cara terbaik bagi Bapak dan Mamak untuk menumbuhkan percaya diri dan keyakinan pada diri Burlian. Panggilan itu seolah menjadi pegangan penting setiap Burlian terbentur masalah. 

Burlian terlahir dari orang tua yang tak tamat Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar) membuat Bapak terus menanamkan prinsip pada anak-anaknya betapa pentingnya pendidikan. Untuk mendapatkan biaya sekolah keempat anaknya, Mamak dan Bapak bekerja keras dari pagi hingga petang di kebun demi pendidikan yang dulu tak pernah mereka rasakan hingga tamat. 

Suatu hari, Burlian dan Pukat merencanakan bolos sekolah untuk mencari belalang di kebun. Namun sayangnya, Amelia memergoki keduanya. Amelia mengadukan perbuatan Burlian dan Pukat hingga mereka berdua mendapatkan hukuman yang tidak pernah mereka duga. Burlian dan Pukat diizinkan tidak sekolah akan tetapi mereka harus bekerja mencari kayu bakar, bolak-balik naik turun dari rumah ke hutan dan sebaliknya. Mereka bekerja dari matahari terbit hingga terbenam dengan hanya mendapatkan makan siang berupa nasi tanpa lauk dan sayur. Pelajaran penting yang ingin Mamak sampaikan adalah bersekolah lebih mudah daripada bekerja seharian penuh seperti Mamak dan Bapaknya. 

ilustrasi (pic. Unsplash -Aleksandar Popovski)
Kisah masa kanak-kanak seorang Burlian amat menyenangkan, penuh dengan cerita dan kenakalan. Mulai dari menembus batas terlarang hutan, menjadi tahanan stasiun kereta sampai dengan kisah persahabatan Burlian dengan anak ringkih hitam dan pendiam yang pada akhirnya menjadi seorang pemberani. 

Dalam setiap kisah spesial Burlian, nampak bagaimana sikap Mamak dan Bapak yang begitu cerdasnya memberikan pelajaran berharga dalam penyelesaian masalah yang Burlian hadapi. Seperti saat Burlian ditangkap, Bapak hanya memberi pesan melalui Amelia, bahwa Burlian harus menyelesaikan masalahnya sendiri. Setelah semalaman tidur di ruang stasiun kereta, barulah keesokan harinya Mamak menjemput Burlian untuk pulang. Pelajaran yang dapat diambil, Mamak membiarkan Burlian menerima konsekuensi dari apa yang sudah diperbuatnya, tanpa perlu berteriak, marah dan menyalahkan. 

Dunia Burlian yang penuh percaya diri dan rasa ingin tahu mengantarkan Burlian pada pengalaman-pengalaman baru. Termasuk pengalamannya mengenal Nakamura-San. Pria berumur 45 tahun berkebangsaan Jepang yang datang ke desa Burlian untuk proyek pembuatan jalan. Nakamura-san yang selalu memanggil Burlian dengan sebutan Burlian-kun ini telah menganggap Burlian seperti anaknya sendiri. Bagaimana tidak, Nakamura-san memiliki anak perempuan yang seumuran dengan Burlian. Dengan profesinya sebagai Penjelajah Negeri demi sebuah proyek pembangunan, gadis kecilnya itu membencinya, merasa benci sekali dengan keadaan, kenapa harus dipisahkan dengan ayahnya. Jadilah Burlian sebagai teman yang selalu mendengarkan curahan hatinya. Hingga akhirnya persahabatan antara Burlian dengan Nakamura-san membawa Burlian meraih impiannya, Nakamura-san menawarkan diri untuk menyekolahkan Burlian di Kota Jakarta. 

Banyak pelajaran berharga yang diajarkan pada novel ini, diantaranya tentang pentingnya melestarikan hutan dan menjaga keseimbangan alam pada bab “Mengintip Putri Mandi”, pelajaran mengenai moral kepemimpinan pada bab “Pemilihan Kepala Kampung”. Selain itu, banyak keriangan dan kehangatan keluarga yang disajikan, diskusi hangat keluarga ketika berada di meja makan, cara bijaksana Bapak dan Mamak menghadapi kenakalan Burlian dan betapa besar pengorbanan seorang Mamak kepada anak-anaknya. 

Banyak juga petualangan mengegangkan yang membuat pembaca menahan napas sesaat, seperti saat Burlian hampir saja mati diterkam buaya saat nekat bermain di lubuk larangan, lalu saat Burlian dan sahabatnya bergumul dengan penjahat yang bersembunyi di pekuburan belakang rumah Burlian. Bahkan ada beberapa juga kisah sedih yang disajikan dengan sangat menyentuh hati. 

Di dalam novel ini, Tere Liye menceritakan betapa berharganya dunia anak-anak, betapa dunia nakal anak-anak akan menjadi pelajaran tersendiri bagi kehidupan orang dewasa dan betapa masa anak-anaklah yang akan menentukan bagaimana kelak anak itu dewasa. 

Novel ini dijamin akan membuat pembacanya tersenyum, tertawa terbahak hingga meneteskan air mata. Banyak pujian yang patut diberikan pada novel ini. Bahasanya sangat ringan dan bisa menjadi rekomendasi bacaan yang baik untuk anak. 


Salam, 

Rangkai Kata, Tebarkan Makna 



Profil Singkat Peresensi : 

Rina Riyanti Sulistyowati. Lahir pada 6 Agustus di Sukoharjo, Solo. Rina adalah anak pertama dari dua bersaudara. Sebelum akhirnya memutuskan untuk membersamai putranya di rumah, Rina pernah bekerja di sebuah perusahaan listrik milik negara. Kegiatan sehari-hari nya sekarang adalah fokus bekerja di ranah domestik sebagai ibu rumah tangga. Intip aktivitas Rina di IG @riyantizuchri 

*
Senin, 1 Oktober 2018 

Ditulis ulang oleh Vivi Ermawati 

Peresume : Qibtiya

Comments

Popular posts from this blog

Wanita-Wanita Di Balik Pembesar Dunia by Octa Raisa

Ecobrick, Menyulap Sampah Menjadi Berkah