Hikmah Pengasuhan Bagi Orangtua dari Kisah di Balik Idul Adha Oleh Evi Syahida


"Mbeek.. mbeek.." suara kambing menjadi bunyi yang kerap didengar beberapa hari belakangan. Terlihat gerombolan kambing, sapi, domba maupun kerbau berkumpul di pinggir jalan maupun masjid.

Itu artinya sebentar lagi umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Qurban. Mendengar kata qurban, ingatan kita tentu langsung mengarah pada salah satu kisah fenomenal pada zaman Nabi Ibrahim AS. Sebuah kisah yang tertuang dalam Q.S Ash-Shafaat at 99-111.

Pada suatu malam Nabi Ibrahim AS bermimpi beliau diperintah oleh Allah untuk menyembelih Ismail AS, anaknya sendiri. Ibrahim meyakini perintah tersebut adalah benar dari Allah SWT. Meski berat, ia akhirnya menyampaikan mimpi itu kepada Ismail.


Tak disangka, begitu mendengar mimpi ayahnya, Ismail AS langsung taat, ikhlas dan sabar menghadapi keputusan atas dirinya tersebut. Ia yakin perintah tersebut murni datang dari Allah sehingga tidak membantah ayahnya maupun meratapi nasibnya. Cukuplah ia bertawakal atas takdir tersebut. Cukuplah ia menghadapinya dan mendapatkan pahala dariNya.

Sebuah keajaiban terjadi, ketika hendak disembelih, Allah SWT menggantikan Ismail dengan sembelihan lain. Sungguh Allah Maha Memperlihatkan KekuasaanNya.

Dari kisah inilah tradisi Idul Qurban yang dilaksanakan umat muslim setiap tahun berasal, mengorbankan sembelihan berupa hewan ternak (sapi, domba, kambing).

Jika kita berada di posisi Nabi Ibrahim, mampukah kita tetap menjalani perintahNya tersebut?  Kemungkinan besar, tidak.

Dari kisah Nabi Ibrahim & Ismail, sebuah kisah di balik perayaan Idul Adha, setidaknya para orangtua dapat mempelajari beberapa hikmah berkaitan dengan pengasuhan pada anak-anak kita.

1. Anak Taat Lahir Dari Orangtua Taat
Nabi Ibrahim AS adalah kekasih Allah, orang pilihan Allah. Ketaatannya pada Allah tak lagi diragukan. Karenanya hal itupun menurun pada sang anak, Ismail. Maka sebelum mendidik anak kita menjadi taat, hendaknya dimulai dari diri sendiri menjadi hamba Allah yang taat. Dimulai dari hal kecil, sejak dini.

2. Allah Dulu Baru Keluarga
Ketaatan Nabi Ibrahim melaksanakan perintahNya Allah untuk menyembelih anaknya adalah bukti bahwa beliau mengutamakan Allah di atas keluarga, bukan berarti beliau tak cinta.

Ini mengajarkan pada kita bahwa segala sesuatunya termasuk keluarga hanyalah titipan, beribadah kepada Allah adalah yang utama.

3. Bersabar Mendapati Anak Sebagai Ujian
Anak adalah anugerah, benar adanya. Namun anak jugalah ujian, tepatnya ujian keimanan dan ketaatan orangtuanya. Nabi Ibrahim diuji kecintaannya pada anaknya juga ketaatannya pada RabbNya. Hingga akhirnya beliau dinyatakan lulus.

Sebagai manusia biasa hendaknya kita bisa menempatkan diri agar jangan sampai kesibukan dalam pengasuhan membuat kita lalai beribadah, justru kehadiran anak haruslah menjadi motivasi diri memperbaiki kualitas ibadah.

Ya, kita  memang bukanlah Nabi. Ya, kita tak punya mukjizat apapun yang Allah turunkan pada kita. Tapi kisah para Nabi dapat kita jadikan teladan dalam menjalani kehidupan termasuk kisah Nabi Ibrahim & Ismail. Sebagai orangtua, kisah tersebut dapat menjadi pembelajaran kita tentang bagaimana seharusnya menjadi orangtua yang baik.

Semoga anak-anak Kita kelak tumbuh menjadi pribadi setaat Ibrahim AS & Ismail AS.

Aamiin.

Referensi:
https://rumaysho.com/11623-pelajaran-dari-kisah-nabi-ibrahim-menyembelih-ismail.html
https://brainly.co.id/tugas/11914695
(Evi Syahida)

Comments

  1. Thank you for sharing mba Visya, banyak dari kita masih perlu belajar mengenai esensi qurban saat idul adha

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Wanita-Wanita Di Balik Pembesar Dunia by Octa Raisa

Ecobrick, Menyulap Sampah Menjadi Berkah