Playdate Aksi Selamatkan Bumi dari Sampah, Ajak Keluarga Beraksi Peduli Tangani Masalah Sampah Sejak Dini
Kontributor picbook Aksi Lima Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah berfoto bersama para peserta playdate |
Sampah adalah
bagian yang sulit terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Apa pun
aktivitas kita, kemungkinan besar akan ada sampah yang dihasilkan. Lalu, ke
mana sampah-sampah itu pergi?
Ketika membaca
atau menonton berita bahwa di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, ditemukan
seekor paus mati dengan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perutnya,
kesadaran kita seperti dientakkan. Sudah cukupkah slogan “buanglah sampah pada
tempatnya”? Setelah dibuang, ke mana sampah-sampah itu pergi?
Sudah cukupkah slogan “buanglah sampah pada tempatnya”?
Melalui kegiatan playdate Aksi
Selamatkan Bumi dari Sampah di Auditorium Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta,
Taman Ismail Marzuki, Cikini, Sabtu (02/03), Ibu Profesional Jakarta mengajak
untuk meningkatkan kepedulian pada masalah sampah. Kegiatan playdate ini sekaligus menandai
peluncuran resmi buku bergambar
untuk anak yang berjudul Aksi Lima
Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah hasil karya Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta. Tanggal di awal bulan Maret sengaja diambil karena dekat
dengan momen peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21
Februari.
Kegiatan playdate diramaikan oleh sekitar 200
peserta yang terdiri atas anak-anak dan orang tua mereka. Ibu Profesional DKI
Jakarta juga mengundang perwakilan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta komunitas-komunitas yang memiliki
visi dan misi serupa terkait pengelolaan sampah. Sebagaimana disampaikan oleh
penanggung jawab kegiatan, Laksemi ‘Ami’ Bania Siregar, “Tema Ibu Profesional
pada 2019 adalah sinergi kebermaanfaatan, maka kami menggandeng pemerintahan,
menggandeng komunitas-komunitas untuk bersinergi membuat Indonesia yang lebih
baik. Karena zero waste itu tidak
mudah, maka mari kita lakukan bersama-sama.”
Peserta antusias mengikuti playdate sambil belajar mencintai lingkungan |
Rangkaian acara diikuti oleh para peserta dengan antusias, mulai dari pemutaran film, pembuatan kerajinan tangan pesawat celengan dari botol air minum bekas, penyajian dongeng, hingga sesi berbagi dari sahabat bumi.
"Karena zero waste itu tidak mudah, maka mari kita lakukan bersama-sama."
-Ketua panitia Playdate Laksemi Bania Siregar
Perwakilan dari pemerintah daerah yang hadir menyatakan apresiasinya. “Buku ini insya Allah bisa
menjadi inspirasi bagi anak-anak kita semua sehingga bisa memulai pemilahan
sampah dari sumbernya. Saya sangat yakin bila Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang luar
biasa ini sudah mau turun gunung untuk menangani sampah, insya Allah masalah
sampah di DKI Jakarta ini bisa selesai,” sebut Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas
Lingkungan Hidup DKI Jakarta Djoko Riyanto Budi Hartono dalam sambutannya mengawali kegiatan.
Djoko
mengingatkan bahwa Hari Peduli Sampah Nasional dilatarbelakangi oleh tragedi empat belas
tahun yang lalu. Tanggal 21 Februari 2005 dini hari, sekitar 150 orang
tertimbun oleh gunungan sampah yang longsor di Tempat Pembuangan Akhir Sampah
Leuwigajah, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi.
Saat ini sampah yang
dihasilkan oleh masyarakat DKI Jakarta adalah sekitar 7500 ton perhari. Melalui
film pendek yang secara khusus dibuat oleh tim panitia untuk acara playdate, hadirin dapat melihat bahwa
tumpukan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang
posisinya sekarang sudah mencapai ketinggian 40 meter. Tentu ini kondisi yang
mengkhawatirkan.
Karenanya,
Djoko mengingatkan untuk melakukan sesuatu yang sederhana dari rumah
masing-masing. Pemakaian kotak makan dan botol minum yang dapat dipakai
berulang kali dapat dibiasakan, sekaligus juga untuk menjaga agar apa yang
dikonsumsi oleh keluarga tetap higienis.
“Dengan
ini saya mengimbau kepada Bapak-bapak dan Ibu-ibu, mari kita gelorakan kembali
gerakan untuk menggunakan wadah tumbler
dan wadah tempat makanan,” ajak Djoko.
Para peserta membawa tumbler dan kotak makan sendiri |
Senada
dengan Djoko, Kepala Bidang
Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca Dinas Perpustakaan
dan Kearsipan DKI Jakarta Suryanto menyampaikan bahwa pemakaian barang-barang
yang berkonsep zero waste atau
setidaknya tidak sekali pakai buang harus dibudayakan.
“Saya yakin semua
yang ada di sini ikut menghasilkan sampah, bahkan di ruangan ini kita juga
menghasilkan sampah. Untuk itu bagaimana caranya seperti instruksi bapak
Gubernur DKI Jakarta, sampah hari ini ada tetapi sampah juga hari ini tuntas.
Oleh karena itu program penuntasan sampah tidak hanya oleh orang tuanya saja,
tetapi anak-anaknya juga harus menyadari,” jelas Suryanto.
Suryanto juga
berharap pemahaman tentang peduli sampah ini juga bisa bergandengan tangan
dengan Dinas Pendidikan sehingga anak sejak usia dini telah mendapatkan knowledge transfer mengenai penuntasan
sampah. Selain itu, gerakan peduli sampah juga perlu digerakkan dari lingkungan
terdekat, mulai dari RT, RW, kelurahan, sampai kecamatan, melalui aksi nyata
yang berkesinambungan.
Baca juga: Kiat Sukses Melahirkan Sahabat Bumi
Salah satu aksi
nyata yang dapat dilakukan adalah memperpanjang usia pakai suatu barang, tidak
membuangnya begitu saja. Dalam kegiatan playdate
ini, peserta bersama-sama membuat celengan berbentuk pesawat terbang dari botol
air minum dalam kemasan. Sejak penyiapan bahan utama kerajinan tangan yang
dibawa dari rumah ini, panitia sudah mengajak agar orang tua mulai men-sounding anak-anak tentang pentingnya
pengelolaan sampah.
Gerakan Sejuta Cinta Ibu Profesional Jakarta juga
mengoordinasi pengumpulan donasi mainan dan buku dari para peserta untuk
kemudian diserahkan kepada Gerakan Para Pendongeng untuk Kemanusiaan (GePPuK).
Sebagai tanda terima kasih, kakak-kakak dari GePPuK menghibur peserta dengan
aksi sulap bercerita.
Dongeng tentang
Loli si Lalat yang dikemas secara semiinteraktif oleh kak Avi, salah satu dari
tim penulis buku, juga menarik perhatian anak-anak yang mendengarkannya dengan
penuh semangat. Anak-anak sekaligus diajak untuk berkenalan dengan kelima tokoh
Sahabat Bumi dalam buku Aksi Lima Sahabat
Selamatkan Bumi dari Sampah, yaitu Andra, Bimo, Caca, Dilan, dan Emma.
Edukasi pengenalan jenis-jenis sampah seperti sampah organik, sampah anorganik,
dan sampah bahan berbahaya dan beracun (B3) diselipkan di sini.
Membuat celengan pesawat dari botol bekas |
Sesi sharing dari Nayla Belva, Sahabat Bumi
berusia 10 tahun, tak kalah menarik untuk disimak. Belva bercerita bahwa ia
sudah menjalani hijrah nol sampah sejak 2014. Awalnya, Belva membantu mamanya,
Efi Femiliyah yang juga Ketua Rumah Belajar Green& Organic Ibu Profesional Jakarta, dalam menjalankan komposting atau
memproses sampah organik di rumah. Kepedulian Belva terhadap sampah yang
mengancam bumi kemudian juga diwujudkan dengan membawa peralatan makan dan
minum serta sapu tangan di dalam tas saat bepergian. Barang-barang ini akan
membantu mengurangi sampah bungkus makanan dan minuman sekali buang serta
sampah tisu.
Namanya
anak-anak, kadang Belva juga masih mengonsumsi makanan dan minuman dalam
kemasan yang begitu menggoda. Namun, Belva sudah memiliki kesepakatan dengan
orang tuanya, yaitu hanya boleh jajan di hari Senin dan Kamis. Bungkus jajanan
ini nantinya masih bisa dimanfaatkan untuk membuat ecobrick, alternatif pengganti batu bata yang terbuat dari sampah
plastik yang dipadatkan dalam botol.
Baca juga: Ecobrick Menyulap Sampah Menjadi Berkah
Meskipun playdate yang secara khusus mengangkat
tema menyelamatkan bumi dari sampah ini baru pertama kali diselenggarakan oleh
Ibu Profesional Jakarta, tetapi konsep minim sampah sesungguhnya telah dijalankan
dalam kegiatan-kegiatan offline-nya
sejak beberapa tahun terakhir. Sebagaimana yang diterapkan dalam playdate ini, panitia tidak menyediakan snack box dan mempersilakan peserta
membawa kotak makan masing-masing dari rumah untuk mengambil kudapan yang
disuguhkan. Demikian juga dengan minuman, peserta membawa botol sendiri dan
panitia menyiapkan air dalam kemasan galon untuk mengisinya.
Yesi Dwi Fitria,
Ketua Komunitas Ibu Profesional yang juga hadir mengungkapkan rasa salutnya
pada program Ibu Profesional di setiap daerah dan wilayah dengan kekhasannya
masing-masing, termasuk tema Hijrah Nol Sampah yang diambil oleh Ibu
Profesional Jakarta. Program Hijrah Nol Sampah sudah berjalan sejak pertengahan
tahun 2018, dan buku Aksi Lima Sahabat
Selamatkan Bumi dari Sampah serta buku Hijrah
Nol Sampah Journey yang segera
menyusul diharapkan menjadi rekam jejak para peserta program yang dapat
menginspirasi khalayak yang lebih luas.
Baca juga: Hijrah Nol Sampah Journey
Buku
Aksi Lima Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah diterbitkan oleh Cikal Aksara, berisi 13 cerita pendek yang
dilengkapi dengan aktivitas seru serta fakta mengenai pengolahan sampah.
Ilustrasi penuh warna yang menarik dan dekat dengan keseharian membuat anak-anak betah
menekuni halaman demi halaman.
Konten langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan di rumah seperti pembuatan
lubang resapan biopori, penanaman sisa sayuran, pembuatan kompos, serta
pemanfaatan barang bekas diharapkan mampu mengedukasi dan menginspirasi pembaca, khususnya
anak dan orangtua, untuk mulai berperan
aktif dalam aksi penyelamatan bumi dari sampah.
Buku Aksi Lima Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah dan sedotan bambu sebagai souvenir playdate |
Atas suksesnya playdate sekaligus grand launching picbook Aksi Lima Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah, Ibu Profesional Jakarta mengucapkan terima kasih kepada:
- Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan
- Kepala Pengembangan Perpustakaan dan Pembudayaan Kegemaran Membaca Dinas Perpustakaan dan Arsip DKI Jakarta Suryanto
- Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Dr. Ir. Djoko Riyanto Budi Hartono
- Ibu Nani Suwaryani dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga Kemendikbud RI
- Media Indonesia - liputan "Selamatkan Bumi dari Sampah"
- Farah Magazine - liputan keseruan playdate Aksi Selamatkan Bumi dari Sampah
- Beebikinan
- GePPuk
- Seluruh undangan, peserta, panitia dan para relawan yang telah membantu terlaksananya acara dengan baik dan meriah.
-
Kontributor: Leila Rizki Niwanda
Editor: Helenamantra
Comments
Post a Comment